Rutinitas
berseni ini membuat Fauzi mengalami
kejenuhan dan kelelahan jiwa sehingga bathinnya menjadi kering, sebab jauh dari
sinyal-sinyal agama. Kegundahan ini semakin meledak-ledak. Komplik bathin untuk
dekat dengan Allah itu, menurut Fauzi yang
kental dengan dialek Betawi ini, mungkin
disebabkan oleh doanya kaum muslimin
yang setiap saat mendoakan muslim
lainnya termasuk kepada Artis, dan
Alhamdulillah terkabul.
Hingga suatu ketika, Allah memperlihatkan kepadanya keajaiban. Saat itu Fauzi sedang berada disebuah hotel dalam sebuah pementasannya Fauzi diperlihatkan gambaran sebuah neraka yang sangat kejam. Di mengakuinya itu dalam keadaan sadar. Menu-rutnya dalam keadaan ketakutan hanya bisa
pasrah kepada Allah, mengingat dosa-dosanya selama ini. "Yang bisa
dilakukan saat itu hanya kepasrahan dan
penyesalan yang amat dalam dan bertobat/'jelasnya pasrah. Akhirnya Fauzi menuju masjid dengan keadaan
tak berdaya.
Dalam kesendirian Fauzi selalu
merenung, akan arti kehidupan yang dijalani.
Baginya, kehidupan yang serba mewah dari sumber rejeki yang tidak halal ini
tak akan membawa berkah (Manfaat). Jika rezeki didapat dari sumber yang halal akan meningkatkan iman dan taqwa.
Sejak itu,
Fauzi selalu menggodok keimanannya
dengan mengikuti dakwah silaturahmi
dari masjid ke masjid. Banyak orang yang menamai "jamaah tabligh". Jamaah ini, sekarang berpusat di Masjid Kebon Jeruk Jakarta. Yang paling menonjol dalam dakwah ini menurut Fauzi yang
sekarang ini selalu bersarung,
adalah mampu merubah Akhlak dan
selalu menjalankan sunnah rasul.
Karena dengan sunnah rasul inilah
akan ditemukan kejayaan, Ke-damaan,
kesuksesan dan lainnya. "Jika ada orang
yang mengatakan hidupnya sudah tenang tanpa menghidupkan sunnah
rasul, maka pernyataan itu bohong/
tuturnya.
Dalam berdakwah Fauzi masih tetap berkecimpung di dunia artis. Sebab menurutnya, jika tidak ada yang berdakwah di
dunia ge-merlap itu, siapa lagi yang berdakwah. "Siapa yang mengajak mereka sholat ketika sutting atau
lebih jauh mengajak mereka untuk bertobat/'katanya. Baginya, dakwah kepada artis itu ibarat menyelem
sambil minum air, "Dengan moment ini mengajak mereka untuk berpikir agama yang diridhai
Allah,"lanjutnya.
Pohon Jerpaya
Sekali lagi, keajaiban Allah ditunjukan kepadanya pada akhir tahun 1988. Yakni dengan keajaiban "Pohon Jerpaya (Jeruk Berbuah Pepaya). Keajaiban ini ditunjukan Allah, ketika Fauzi sedang melakukan i'tikaf di Masjid pada hari ke-27 Bulan Suci Ramadhan yang identik dengan turunnya Malam Lailatul Qadar. Ketika sedang khusu melakukan ibadah tiba-tiba pada Jam 2.15 malam WIB, fauzi didatangi seorang kakek yang berusia 97 tahun, berpakaian compang-campang. Dengan ramah kakek itu memberi salam kepada Fauzi seraya memberikanhadiah kepadanya. Hadiah itu berupa bibit Pohon Jeruk yang masih sejengkal untuk dirawat. Setelah itu kakak tersebut pamit dan menghilang. Pohon itu, menurut Fauzi sempat dibuangnya, sebab
ia tak menyukai tanaman, dan bahkan
sempat dimakan
Kambing, hingga hanya tersisa batang-nya saja. Tatapi, terasa aneh, ada perasaan bersalah dengan melalaikan hadiah yang diberikan orang. Akhir-nya, batang yang sudah ke makan Kambing tersebut, ditanamnya dibelakang rumah dekat kolam.
Beberapa tahun kemudian, pohon jeruk itu tumbuh besar hingga ada satu batangnya yang masuk ke kolam. Ternyata setelah diselidiki tumbuh buahnya yang
menyerupai pepaya dengan berat 11 Kg.
Tentu saja ini membuat geger kampung
waktu itu.
Lalu ia “bertirakat” kepada Allah agar dipertemukan kembali dengan kakek yang memberikan
bibit tersebut. Atas ijin Allah, akhirnya bertemu didalam mimpi. Dalam wasiat orang tua itu menjelaskan tentang pohon yang berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan orang tua tersebut menjelaskan juga bagaimana cara mengembangkannya. Orang tua ini juga berpesan untuk selalu membantu para anak yatim
piatu, fakir miskin, orang-orang jompo dan Iain-lain.
Dalam pengembangan
tanaman inipun berhasil, bahkan Fauzi sempat mendapatkan penghargaanbaik dari LIPI maupun
dari dunia internasional. Seminar yang pernah dilakukannya yakni Festival Bonsai Se Indonesia, Festival Internasional Wali Songo, Festival Tanaman Langka Internasional, Festival Agro Expo Anagri Internasional
dan Iain-lain.
Bermanfaat untuk kaum duafa
Hasil dari
pembudidayaan tanaman ini juga
digunakan untuk menyantuni fakir miskin dan anak-anak terlantar. Untuk tahun 1998 tidak kurang dari 400 anak asuh yang berhasil dibiayai dari hasil tanaman ini. Apabila dihitung dari awal pengembangan pohon ini sudah membiayai 11.000 anak asuh terdiri dari anak yatim piatu, fakir miskin, anak terlantar, janda-janda miskin dan juga jompo-jompo miskin.(Agussalam)
Sumber :
Tabloid Jum’at No. 435 18 Robiul Akhir 1421 H/ 21 Juli 2000