Senin, 14 Mei 2012

Fauzi Ahmad "Jerpaya" : Peduli terhadap kaum duafa



 Rutinitas berseni ini membuat Fauzi mengalami kejenuhan dan kelelahan jiwa sehingga bathinnya menjadi kering, sebab jauh dari sinyal-sinyal agama. Kegundahan ini semakin meledak-ledak. Komplik bathin untuk dekat dengan Allah itu, menurut Fauzi yang kental dengan dialek Betawi ini, mungkin disebabkan oleh doanya kaum muslimin yang setiap saat mendoakan muslim lainnya termasuk kepada Artis, dan Alhamdulillah terkabul.
Hingga suatu ketika, Allah memperlihatkan kepadanya keajaiban. Saat itu Fauzi sedang berada disebuah hotel  dalam sebuah pementasannya  Fauzi diperlihatkan gambaran sebuah neraka yang sangat kejam. Di mengakuinya itu dalam keadaan sadar. Menu-rutnya dalam keadaan ketakutan hanya bisa pasrah kepada Allah, mengingat dosa-dosanya selama ini. "Yang bisa dilakukan saat itu hanya kepasrahan dan penyesalan yang amat dalam dan bertobat/'jelasnya pasrah. Akhirnya Fauzi menuju masjid dengan keadaan tak berdaya.
Dalam kesendirian Fauzi selalu merenung, akan arti kehidupan yang dijalani. Baginya, kehidupan yang serba mewah dari sumber rejeki yang tidak halal ini tak akan membawa berkah (Manfaat). Jika rezeki didapat dari sumber yang halal akan meningkatkan iman dan taqwa.
 Sejak itu, Fauzi selalu menggodok keimanannya dengan mengikuti dakwah silaturahmi dari masjid ke masjid. Banyak orang yang menamai "jamaah tabligh". Jamaah ini, sekarang berpusat di Masjid Kebon Jeruk Jakarta. Yang paling menonjol dalam dakwah ini menurut Fauzi yang  sekarang ini selalu bersarung, adalah mampu merubah Akhlak dan selalu menjalankan sunnah rasul. Karena dengan sunnah rasul inilah akan ditemukan kejayaan, Ke-damaan, kesuksesan dan lainnya. "Jika ada  orang  yang  mengatakan hidupnya sudah tenang tanpa menghidupkan sunnah  rasul,  maka pernyataan itu bohong/ tuturnya.
 Dalam berdakwah Fauzi masih tetap berkecimpung di dunia artis. Sebab menurutnya, jika tidak ada yang berdakwah di dunia ge-merlap itu, siapa lagi yang berdakwah. "Siapa yang mengajak mereka sholat ketika sutting atau lebih jauh mengajak mereka un­tuk bertobat/'katanya. Baginya, dakwah kepada artis itu ibarat menyelem sambil minum air, "Dengan mo­ment ini mengajak mereka untuk berpikir agama yang diridhai Allah,"lanjutnya.
 Pohon Jerpaya
 Sekali lagi, keajaiban Allah ditunjukan kepadanya pada akhir tahun 1988. Yakni dengan keajaiban "Pohon Jerpaya (Jeruk Berbuah Pepaya). Keajaiban ini ditun­jukan Allah, ketika Fauzi sedang melakukan i'tikaf di Masjid pada hari ke-27 Bulan Suci Ramadhan yang identik dengan turunnya Malam Lailatul Qadar. Ketika sedang khusu melakukan ibadah tiba-tiba pada Jam 2.15 malam WIB, fauzi didatangi seorang kakek yang berusia 97 tahun, berpakaian compang-campang. Dengan ramah kakek itu memberi salam kepada Fauzi seraya memberikanhadiah kepadanya. Hadiah itu berupa bibit Pohon Jeruk yang masih sejengkal untuk dirawat. Setelah itu kakak tersebut pamit dan menghilang. Pohon itu, menurut Fauzi sempat dibuangnya, sebab ia tak menyukai tanaman, dan bahkan sempat dimakan
 Kambing, hingga hanya tersisa batang-nya saja. Tatapi, terasa aneh, ada perasaan bersalah dengan melalaikan hadiah yang diberikan orang. Akhir-nya, batang yang sudah ke makan Kambing tersebut, ditanamnya dibelakang rumah dekat kolam.
 Beberapa tahun kemudian, pohon jeruk itu tumbuh besar hingga ada satu batangnya yang masuk ke kolam. Ternyata setelah diselidiki tumbuh buahnya yang menyerupai pepaya dengan berat 11 Kg. Tentu saja ini membuat geger kampung waktu itu.
Lalu ia “bertirakat” kepada Allah agar dipertemukan kembali dengan kakek yang memberikan bibit tersebut. Atas ijin Allah, akhirnya bertemu didalam mimpi. Dalam wasiat orang tua itu menjelaskan tentang pohon yang berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan orang tua tersebut menjelaskan juga bagaimana cara mengembangkannya. Orang tua ini juga berpesan untuk selalu membantu para anak yatim piatu, fakir miskin, orang-orang jompo dan Iain-lain.
 Dalam  pengembangan  tanaman inipun berhasil, bahkan Fauzi sempat mendapatkan penghargaanbaik dari LIPI  maupun  dari dunia internasional. Seminar yang pernah dilakukannya yakni Festival Bonsai Se Indonesia, Festival Internasional Wali Songo, Festival Tanaman Langka Internasional, Festival Agro Expo Anagri Internasional dan Iain-lain.
Bermanfaat untuk  kaum duafa
 Hasil dari pembudidayaan tanaman ini juga digunakan untuk menyantuni fakir miskin dan anak-anak terlantar. Untuk tahun 1998 tidak kurang dari 400 anak asuh yang berhasil dibiayai dari hasil tanaman ini. Apabila dihitung dari awal pengembangan pohon ini sudah membiayai 11.000 anak asuh terdiri dari anak yatim piatu, fakir miskin, anak terlantar, janda-janda miskin dan juga jompo-jompo miskin.(Agussalam)

Sumber : Tabloid Jum’at  No. 435  18 Robiul Akhir 1421 H/ 21 Juli 2000